Film adaptasi komik karya Hasmi, Gundala,
dirilis 29 Agustus 2019. Berikut review singkat dari film yang diarahkan
sutradara Joko Anwar dan dibintangi Abimana Aryasatya sebagai tokoh utamanya.
Film Gundala bercerita tentang seorang
anak lelaki bernama Sancaka yang hidup di jalanan sejak kehilangan kedua orang
tuanya. Menjalani kehidupan yang berat sendirian, ia memikirkan keselamatan
diri untuk bertahan hidup dari kerasnya hidup di jalanan.
Pertemuan
dengan Awang pun membuat Sancaka mampu bertahan hidup. Awang mengajarinya
banyak hal. Tumbuh besar, Sancaka semakin melihat keadaan kota tempat ia
tinggal semakin buruk dan ketidakadilan berkecamuk di seluruh negeri.
Terdapat beberapa perbedaan antara Gundala versi komik dan film.
Jika komik Gundala Putra Petir karya Hasmi yang rilis
pada 1969 menceritakan Gundala adalah seorang insinyur bernama Sancaka, dalam
film, karakter Sancaka yang diperankan oleh Abimana Aryasatya bukanlah seorang
insinyur. Sancaka diceritakan sebagai petugas keamanan di suatu tempat yang
tersambar petir.
Selain
itu, cara Sancaka memperoleh kekuatan petirnya pun dibuat berbeda kisahnya di
komik. Dalam komik, Sancaka hujan-hujanan karena sedang galau sehingga akhirnya
tersambar petir, sedangkan dalam film, Sancaka memperoleh kekuatannya dari
tidak sengaja kehujanan karena ia sebenarnya takut pada petir.
Tak
menyangka, ketakutan Sancaka terhadap petir saat hujan malah memberinya kekuatan
untuk melawan ketidakadilan. Namun, ia kemudian mengalami pergolakan batin
dengan kekuatannya. Ia harus memutuskan apakah harus tetap hidup menjaga
dirinya sendiri atau bangkit dan menjadi pahlawan mereka yang tertindas.
Bagi
Anda penyuka film jagoan dari buku komik, penulis sarankan jangan bandingkan
pengalaman Anda nonton Gundala dengan menonton aksi superhero ala Marvel
Cinematic Universe (MCU) atau DC Extended Universe (DCEU).
Gundala memberikan nuansa yang
sedikit berbeda meski pemerannya sama-sama mengenakan kostum, semua kembali
disesuaikan dengan budaya dan permasalahan negeri sendiri. Kalau pun ada
persamaan, ya, film genre ini memang punya sejumlah persamaan, meskipun itu
sangat terbatas, seperti musuh yang memiliki sisi terangnya sendiri di balik
motif jahatnya.
Aksi-aksi
menawan menjadi salah satu titik penting di film ini. Anda tak perlu
membayangkan perkelahian dengan menggunakan alat canggih atau pun senjata
mutakhir.
Laman
berikut adalah tips menonton agar makin seru, plus kelanjutan dari jalan
ceritanya sendiri.
Di Gundala, semua pertarungan dilakukan dengan
baku hantam tangan kosong atau pun dengan tongkat kayu, besi, atau pedang.
Adegan Gundala dan petirnya pun dikemas dengan CGI dan efek yang tidak norak.
Semua perkelahian dilakukan secara mendekat dengan koreografi pencak silat khas
Indonesia yang diramu Cecep Arif Rahman sehingga menjadikan Gundala asik ditonton.
Namun, alur cerita film ini terasa berat dan banyak
cabangnya. Puluhan menit awal akan diisi drama yang lumayan menimbulkan kantuk.
Dimaklumi, mungkin Joko Anwar harus membangun pondasi kuat untuk membuka Jagat
Sinema Bumilangit yang lain lewat Gundala. Namun, tetap sebagai sebuah tontonan,
film ini lumayan menghibur. Joko Anwar tidak lupa memasukkan sisi-sisi humor
yang bisa membuat penontonnya tertawa. Ada sejumlah adegan di film ini yang
terasa konyol namun tampak mengalir begitu saja.
Konfrensi pers film Gundala.
[Revi C Rantung/Suara.com]
Aksi Abimana
sebagai Sancaka cukup bisa mendapatkan apresiasi. Sebagai seorang yang tak
miliki kemampuan beladiri sebelumnya, penampilannya cukup meyakinkan sebagai
jagoan di sini mengingat aktingnya 80 persen penuh aksi beladiri. Tak kalah
seru, para penjahat pun mampu membuat penonton menggemari aksi jahat dan
karakternya.
Gundala adalah sebuah permulaan yang sibuk
membangun pondasi tidak hanya untuk Sancaka, namun tokoh lain.
Satu tips, tontonlah film ini di studio bioskop yang
menyediakan teknologi Dolby Atmos, karena efek
perkelahian para pemainnya akan lebih terasa nyata. Jangan lupa untuk
menyaksikan film hingga credit title habis, sebab seperti film-film MCU, Easter Eggs atau petunjuk masa depan Jagat
Sinema BumiLangit ada di bagian akhir.
Nantinya, setelah Gundala, akan ada film-film lain dari
Jagat Sinema BumiLangit yang siap diproduksi serta dikenalkan kepada
masyarakat. Di antaranya, Sri Asih, Godam & Tira, Si Buta Dari Gua Hantu, Patriot
Taruna, Gundala Putra
Petir, Mandala Golok Setan, dan Patriot.
download gundala full hd, download film gundala putra petir, 480 720 bluray
Tidak ada komentar:
Posting Komentar